Kamis, 21 April 2011

10 Tren Kehidupan Kota yang Ramah Lingkungan


10 Tren Kehidupan Kota yang Ramah Lingkungan
Sriyanta/Fotokita.net
 
Di bawah ini adalah 10 tren kehidupan urban yang akan membentuk kota di masa depan yang lebih ramah lingkungan.

Lebah di Halaman Rumah
Populasi lebah menyusut drastis. Selain karena mati banyak pula mereka yang menghilang sebagai bagian dari fenomena aneh yang disebut Colony Collapse Disorder. Namun berita buruknya adalah dengan berkurangnya lebah, maka banyak tanaman pokok kita yang terancam hilang karena proses pembuahan yang biasa dilakukan serangga ini menurun tajam. 

Halaman belakang rumah bisa menjadi solusi. Caranya adalah dengan menyediakan sedikit lahan untuk sarang lebah. Selain turut melestarikan lingkungan, kita pun bisa memperoleh manfaat sampingan berupa madu. Selebriti yang sudah melakukan hal ini diantaranya Scarlett Johansson dan Samuel L. Jackson.

Memanfaatkan Lahan Sempit
Lahan di perkotaan semakin sempit sehingga semakin sulit pula untuk sekadar menanam tanaman penghijau. Kendati demikian, kini banyak pengembang yang mulai membangun dengan konsep bangunan hijau, terutama untuk gedung bertingkat. Selain itu, Anda pun dapat menyiasati lahan yang sempit dengan memanfaatkan balkon atau dinding. Biarkan tanaman dalam pot Anda tumbuh menyusuri jendela dan pegangan tangga. Hijaukan kota Anda!

Taman di Atap Gedung
Membuat atap gedung bertingkat yang hijau dengan tanaman merupakan tantangan tersendiri. Secara arsitektural, gedung ini memerlukan rancangan khusus yang dapat mengakomodasi tanah beserta tanaman hijau yang beratnya bisa berton-ton. Bukan hal yang mudah memang. Namun keindahan alami yang akan diperoleh sangat sepadan dengan usaha yang dilakukan.

Gerilyawan Revolusi Hijau
Kesal melihat lahan kota telantar yang tidak terawat dan merusak pemandangan? Anda bisa membentuk gerakan revolusi hijau yang bergerilya menghijaukan lahan tersebut. Gerakan ini umumnya bersenjatakan garpu taman dan bibit tanaman bunga untuk memperindah sudut-sudut kota. Anggotanya beroperasi secara sembunyi-sembunyi pada malam hari, mempercantik lahan dengan membuat taman dan menyelesaikannya sebelum matahari terbit.

Mobil Listrik dan Komunitas Nebeng
Mobil listrik sudah mulai dipasarkan sejak beberapa tahun lalu. Namun, baru sekitar dua tahun terakhir mendapat sambutan positif di pasar otomotif seiring kemampuan jarak tempuhnya yang semakin mendekati mobil berbahan bakar minyak dan gas. Meski begitu, masih ada perdebatan mengenai seberapa ramah lingkungan mobil listrik sebenarnya. Oleh sebab itu, penggunaan transportasi massal serta alternatif lain untuk memaksimalkan daya angkut kendaraan pribadi, seperti yang dilakukan komunitas nebeng.com, merupakan tindakan bijaksana.

Lebih Sehat dengan Berjalan Kaki
Mimpi buruk kota super modern di masa depan adalah satu-satunya cara kita untuk berkeringat adalah hanya dengan menekan tombol. Kita benar-benar akan dimanjakan oleh teknologi. Akan tetapi, ada perubahan menarik yang terjadi belakangan ini. Pemerintah kota di Amerika Serikat mulai merancang kota yang mendorong penduduknya untuk lebih sering berjalan kaki. Taman dan jalan kecil diperbanyak. Akses ke berbagai tempat pun dirancang agar dapat dijangkau melalui trotoar. Jadi, selamat datang komuter sehat!

Memberi Berarti Menerima
Sering bermasalah dengan freezer di kulkas Anda yang penuh dengan buah-buahan? Cobalah berbagi kepada sesama melalui sebuah jejaring sosial di lingkungan Anda yang bisa mengumpulkan dan mendistribusikan kelebihan bahan makanan seperti buah-buahan. Di San Fransisco ada contoh jejaring sosial seperti ini yang bernama Neighborhood Fruit. Ketika kulkas seseorang penuh, ia dapat memberi sebagian isinya kepada yang membutuhkan. Semua anggota jejaring sosial tersebut pun merasakan manfaatnya dan merasa saling terbantu. Berminat untuk membentuk jejaring serupa di sini?

Memberikan yang Tak Terpakai
Hari-hari membuang bahan makanan yang tak terpakai sudah berlalu. Sementara sepertiga belanjaan rumah tangga berakhir di tempat sampah, Beberapa restoran mulai memperlakukan bahan makanan yang tak terpakai dengan lebih baik. Mereka menawarkannya kepada lembaga amal dan LSM setempat atau memberikannya langsung kepada para tuna wisma.

Berbelanjalah Secara Online
Tren belanja online terus menunjukkan peningkatan. Alasannya sederhana, belanja online merupakan cara yang mudah untuk mendapatkan barang-barang terbaik dari mana pun di seluruh dunia. Cara ini jelas lebih ramah lingkungan karena, Anda tidak perlu menghabiskan bahan bakar kendaraan untuk pergi ke pusat perbelanjaan. 

Kembalinya Era Barter
Barter belum mati! Cara untuk memenuhi kebutuhan pada masa lalu ini hidup kembali berkat internet. Kemampuan internet untuk menghubungkan banyak orang memungkinkan kita untuk saling bertukar buku, DVD, pakaian, gadget, bibit tanaman, dan lain sebagainya. Apabila ini dilakukan oleh penduduk dalam suatu kota, tentu dapat meningkatkan ikatan sosial diantara mereka. (Sumber: EcoSalon)

Ada Dua Spesies Baru Ikan Pari


Ada Dua Spesies Baru Ikan Pari
Ken Jones
 
Para ahli biologi menemukan dua spesies baru ikan pari air tawar di Amazon. Kedua pari tersebut secara informal disebut sebagai pari panekuk karena penampakannya yang mirip panekuk berukuran raksasa.

Kedua spesies tersebut berukuran cukup besar, dinamai Heliotrygon gomesi dan Heliotrygon rosai. Spesimen Heliotrygon gomesi ditemukan di wilayah hutan hujan tropis dekat Iquitos, Peru.

Selain unik karena bentuknya yang mirip panekuk, ikan pari ini juga berbeda karena ukurannya yang relatif besar, memiliki celah pada bagian perutnya, dan struktur seperti duri di ekornya

Famili ikan jenis tersebut, terdiri dari ikan pari air tawar di wilayah tropis yang disebut New World, memang dikenal berukuran cukup besar. Ikan pari air tawar bisa mencapai ukuran diameter 1,5 meter saat dewasa.

Penemuan itu dipublikasikan di jurnal Zootaxa edisi 24 Februari 2011. Peneliti sangat terkesan dengan hasil penelitian tersebut. Penemuan ini membuktikan bahwa hutan Amazon belum sepenuhnya tereksplorasi dan terdokumentasi.

Nathan Lovejoy dari Universitas Toronto mengatakan, "Hal terpenting yang diberitahukan penelitian ini adalah masih adanya ikan-ikan besar lain di Amazon yang belum ditemukan dan dideskripsikan." (Yunanto Wiji Utomo)
Sumber: Kompas.com

Semut Cerdas dalam Matematika

Semut Cerdas dalam Matematika
Dawidi
 
Dalam bidang matematika, semut lebih cerdas dari anak-anak sekolah dasar, menurut sebuah studi yang terbit dalam jurnal Behaviour.

Para peneliti melaporkan bawah spesies semut dengan tingkat sosialisasi tinggi dapat berkomunikasi tentang angka-angka dengan anggota koloninya. "Mereka bahkan bisa menyelesaikan perhitungan aritmatika sederhana," tulis para peneliti dalam laporan.

Untuk penelitian itu, ilmuwan Zhanna Reznikova dan Boris Ryabko melakukan survei terhadap beragam spesies. Mereka mempersiapkan sebuah teka-teki dengan makanan di beberapa titik. Seekor semut memberikan informasi mengenai posisi makanan dengan menyampaikan pesan berupa jarak yang harus ditempuh atau jumlah langkah yang harus diambil. "Mereka tidak hanya berkomunikasi dengan bebauan," jelas peneliti.

Semut dapat melakukan operasi aritmatika dengan angka-angka kecil. "Dengan mempelajari sistem komunikasi alami pada semut, pandangan baru tentang mempelajari angka-angka menjadi terbuka," kata Reznikova.

Para peneliti juga mengungkapkan beberapa studi lain yang mempelajari kemampuan berhitung di berbagai satwa. Burung biasanya jagoan dalam matematika. Burung dara, gagak, dan beo sangat baik dalam memecahkan teka-teki yang berhuungan dengan angka. Primata juga baik dalam matematika, meskipun diperkirakan semut lebih pintar. Makanya, jika semut menjadi kontestan dalam kuis Are You Smarter Than A Fifth Grader, hewan kecil ini punya kemungkinan untuk menang. (Sumber: Discovery News)

Tahun 2500, Bumi Tak Layak Huni Tahun 2500, Bumi Tak Layak Huni

Tahun 2500, Bumi Tak Layak Huni
Janet Botes
 
Bila tidak ada upaya pencegahan, tahun 2500 Bumi tak lagi layak dihuni akibat temperaturnya yang sangat tinggi.

Suhu rata-rata permukaan bumi yang pada tahun 2010 berada pada kisaran 14,6 derajat celsius. Pemamasan global menaikkan suhu bumi rata-rata 0,2 derajat celsius per 10 tahun atau 2 derajat celsius dalam 100 tahun. Artinya, suhu permukaan Bumi rata-rata menjadi 25 derajat Celcius pada tahun 2500. "Bumi tak akan lagi menjadi tempat hunian yang nyaman bagi manusia, hewan, maupun tumbuhan. Bahkan sangat mungkin manusia tak akan dapat bertahan hidup pada kondisi seperti itu," tutur Prof. Dr. Jumina, Kepala Pusat Studi Energi UGM pada Senin (11/4) di Yogyakarta.

Peningkatan emisi CO2 secara terus-menerus menyebabkan para pakar lingkungan prihatin. Usaha untuk mengurangi emisi karbon dioksida dilakukan, antara lain melalui penandatanganan Protokol Kyoto pada 1999.

Data menunjukkan, sumbangan sektor energi terhadap emisi karbon dioksida dan fenomena pemanasan global sangat besar. Dengan demikian, demi mengurangi tingkat emisi karbon dioksida domestik dan menekan laju terjadinya pemanasan global, penerapan konsep energi bersih sangat diperlukan. "Energi bersih bisa diartikan sebagai energi ramah lingkungan, atau energi yang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan," jelas Jumina.

Bila Indonesia dapat menerapkan konsep energi bersih, maka sistem energi yang dibangun bukan hanya menghasilkan keseimbangan antara kebutuhan dan pasokan energi nasional, tapi juga dapat mewujudkan terciptanya lingkungan yang sehat, nyaman, dan lestari. "Sehingga sistem energi yang diterapkan akan bervisi jauh ke depan tanpa harus merampas hak dasar generasi penerus," kata Jumina.

Tapi kenyataannya, pengembangan teknologi energi bersih dan ramah lingkungan di Indonesia belum memuaskan karena keterbatasan kemampuan SDM. (K3-11)

Ozon di Kutub Utara Menipis

Ozon di Kutub Utara Menipis
Mario Alberto Magallanes Trejo/stock.xchng
 
Dalam beberapa pekan terakhir, suhu dingin ekstrem yang melanda kawasan Kutub Utara telah mengakibatkan hilangnya lapisan ozon hingga sebanyak 40 persen. Berkurangnya ozon yang terjadi ini merupakan yang terburuk dalam rekor.

Sebagai informasi, konsentrasi ozon terus dipantau oleh lembaga internasional sejak penandatangan Montreal Protocol sejak tahun 1987.

Para peneliti dari Laboratorie Atmospheres, Milieux, Observation Spatiales, Prancis, mengatakan fenomena berkurangnya lapisan ozon terjadi pula karena musim dingin stratosferik panjang yang mengakibatkan perusakan ozon secara signifikan. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga musim semi.

Penipisan ozon pada stratosfer terjadi di kawasan kutub saat temperatur turun ke bawah -80 derajat Celcius. Pada suhu ini, awan terbentuk di bagian bawah stratosfer. Reaksi kimia di dalamnya kemundian mengubah senyawa dari halokarbon (yang tidak berbahaya bagi ozon) menjadi senyawa aktif. Proses ini menjurus ke rusaknya ozon saat sinar matahari menyinari kutub.

Di Antartik atau Kutub Selatan, kerusakan ozon selalu terjadi. Di sana karena temperatur udara di kawasan stratosfir kutub selatan itu sangat rendah pada musim dingin. Namun di Arktik, secara rata-rata, temperatur secara umum lebih hangat.

Dari uji coba, peneliti memperkirakan, lapisan ozon baru bisa pulih ke level sebelum tahun 1980-an pada sekitar tahun 2045 sampai 2060 mendatang di Kutub Selatan utara dan sekitar 1-2 dekade sebelumnya di Kutub Utara.

Ikan Buta Penderita Insomnia

Ikan Buta Penderita Insomnia
NYU Press Release
 
Ikan buta dari Meksiko ternyata penderita insomnia. Penelitian pola tidur terhadap ikan ini diharapkan dapat bantu temukan solusi gangguan tidur pada manusia.

Ikan tetra dari Meksiko, Astyanax mexicanus, hanya tidur sedikit dalam semalam. "Ikan-ikan ini hidup di lingkungan dengan sumber makanan yang tidak tentu," jelas Richard Borowsky dari New York University. "Jika tertidur, mereka bisa melewatkan kesempatan makan," tambahnya. Ikan tetra yang buta ini hidup di dalam gua.

Setelah mengetahui pola tidur ikan buta tersebut, Borowsky dan timnya mencoba mencari tahu gen yang menyebabkan pola tidur seperti ini. Mereka yakin kalau pola tidur ini diturunkan secara genetik setelah melakukan perkawinan silang dengan spesies terdekat ikan tetra. "Kebutaan dan insomnia diturunkan secara genetik. Ikan hasil perkawinan silang insomnia dan buta," kata peneliti.

Penelitian ini diharapkan bisa membantu mencari gen serupa yang menyebabkan gangguan tidur pada manusia. "Pada beberapa hal, pola tidur pada ikan ini mirip dengan gangguan tidur pada manusia," jelas Borowsky. Ikan-ikan itu tidur dalam waktu yang singkat, ketika mereka terbangun, mereka akan aktif dalam waktu yang cukup lama.

Saat penelitian ikan tetra yang buta menghabiskan waktu lebih sedikit di bawah akuarium pada malam hari dibandingkan spesies yang sama namun tidak buta. Selama 24 jam, ikan buta tak aktif selama 110 hingga 250 menit. Sementara ikan yang tidak buta menghabiskan waktu lebih dari 800 menit. (Sumber: Discovery News)

Ada Laba-laba Jantan yang Memangsa Betinanya

Ada Laba-laba Jantan yang Memangsa Betinanya
Marcelo Casacuberta
 
Di Uruguay, laba-laba betina justru dimangsa laba-laba jantan--kebalikan dari kondisi yang biasa terjadi.

Riset yang dilakukan Dr. Anita Aisenberg bersama para ahli biologi dari Clemente Estable Institute of Biological Research menemukan satu spesies laba-laba yang memiliki kebiasaan bertolak belakang dari laba-laba lainnya: sang jantan justru menjadi pemangsa si betina.

Para peneliti itu telah melakukan pengamatan terhadap Allocosa brasiliensis, laba-laba yang aktif pada malam hari (nokturnal) yang biasa ditemukan di pantai Samudera Atlantik di daerah Amerika Selatan serta di tepian sungai yang berbukit pasir.

Studi yang awalnya mempelajari spesies laba-laba itu sebagai indikator kondisi habitat daerah pesisir justru menemukan fakta menarik yang tidak mereka temukan pada spesies laba-laba lainnya. Laba-laba Allocosa brasiliensis jantan justru berperan sebagai pemangsa laba-laba Allocosa brasiliensis betina yang biasanya bertubuh lebih besar.

Laba-laba jantan menunggu laba-laba betina yang sedang mencari pasangan kawin dalam lubang persembunyian. Hasil pengamatan menunjukkan, laba-laba jantan cenderung untuk memilih laba-laba betina yang lebih muda, lebih produktif dan masih perawan untuk dikawini. Sementara laba-laba betina yang lebih tua dan kurang produktif akan dimangsa.

Keputusan untuk memangsa atau mengawini laba-laba betina tampaknya bersumber pada kemungkinan untuk bereproduksi yang lebih tinggi. 

Lingkungan yang menjadi habitat Allococa brasiliensis sendiri sangat tidak stabil dan mangsa bagi laba-laba di daerah ini tidak menentu. Selain itu, daerah ini juga bertemperatur tinggi dengan hembusan angin yang kuat. Faktor inilah yang diyakini Dr. Aisenberg turut berperan dalam perubahan perilaku pada Allococa brasiliensis. (Sumber: Physorg)