Mario Alberto Magallanes Trejo/stock.xchng
Dalam beberapa pekan terakhir, suhu dingin ekstrem yang melanda kawasan Kutub Utara telah mengakibatkan hilangnya lapisan ozon hingga sebanyak 40 persen. Berkurangnya ozon yang terjadi ini merupakan yang terburuk dalam rekor.
Sebagai informasi, konsentrasi ozon terus dipantau oleh lembaga internasional sejak penandatangan Montreal Protocol sejak tahun 1987.
Sebagai informasi, konsentrasi ozon terus dipantau oleh lembaga internasional sejak penandatangan Montreal Protocol sejak tahun 1987.
Para peneliti dari Laboratorie Atmospheres, Milieux, Observation Spatiales, Prancis, mengatakan fenomena berkurangnya lapisan ozon terjadi pula karena musim dingin stratosferik panjang yang mengakibatkan perusakan ozon secara signifikan. Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga musim semi.
Penipisan ozon pada stratosfer terjadi di kawasan kutub saat temperatur turun ke bawah -80 derajat Celcius. Pada suhu ini, awan terbentuk di bagian bawah stratosfer. Reaksi kimia di dalamnya kemundian mengubah senyawa dari halokarbon (yang tidak berbahaya bagi ozon) menjadi senyawa aktif. Proses ini menjurus ke rusaknya ozon saat sinar matahari menyinari kutub.
Di Antartik atau Kutub Selatan, kerusakan ozon selalu terjadi. Di sana karena temperatur udara di kawasan stratosfir kutub selatan itu sangat rendah pada musim dingin. Namun di Arktik, secara rata-rata, temperatur secara umum lebih hangat.
Dari uji coba, peneliti memperkirakan, lapisan ozon baru bisa pulih ke level sebelum tahun 1980-an pada sekitar tahun 2045 sampai 2060 mendatang di Kutub Selatan utara dan sekitar 1-2 dekade sebelumnya di Kutub Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar